Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Tentangku Seorang Anak Rantau

Sejak 2015, setelah dinyatakan lolos SBMPTN di Universitas Padjadjaran, gue menjadi seorang anak rantau. Ya memang jarak antara Jakarta-Bandung hanya berkisar 3-5 jam kalau melewati tol, tetapi itu sudah dapat disebut sebagai anak rantau kan? Hal yang tidak pernah gue lupakan saat itu adalah ketika gue dan keluarga berangkat ke Bandung kemudian gue tidak ikut mereka balik ke Jakarta. Awal-awal menjadi seorang anak rantau bagi gue sangat berat. Bahkan hampir setiap hari gue kangen rumah. Dulu setiap pulang sekolah selalu balik ke rumah dan dengar berisiknya adik gue, sekarang selesai kuliah baliknya ke kosan dengan situasi yang super sepi bahkan hampir tidak ada suara sama sekali. Awal gue tinggal di Bandung, gue lumayan sering dijenguk dan sering balik pula. Sebulan sekali gue balik Jakarta. Seiring berjalannya waktu, semester pertama gue lumayan sibuk. Sibuk beradaptasi antara sistem sekolah dengan perkuliahan yang jauh berbeda, beradaptasi dengan mata kuliah yang bahkan tidak

Kamu dan Kesunyian

Hallo sunyi, kini aku mulai akrab denganmu, mungkin kamu yang cocok untuk menjadi sahabatku. Sunyi, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu, apakah sepi itu sama saja denganmu? Banyak orang mengatakan bahwa sunyi itu sepi, tetapi mereka tidak sama denganku. Bagiku merupakan dua hal yang berbeda antara sunyi dan sepi, dengan kesunyianmu bisakah aku menitipkan sesuatu? Sunyi, tolong sampaikan salamku kepadanya, dia yang mungkin tidak bisa aku temui lagi. Kamu selalu hadir dalam kehidupan setiap manusia, mungkin kamu yang lebih tepat untuk menyampaikan salam ini. Sunyi, ketika kamu sedang singgah di kehidupannya, ketika dia berada dalam kesunyianmu. Tolong temani dia dengan baik ya, dan ingatkan dia tentang diriku.

Musik Indah Seorang Tuna Netra

Perkenalkan, namaku adalah Samhita. Orang-orang biasa memanggilku dengan sebutan Hita. Aku adalah seorang anak tuna netra. Sejak kecil, aku tidak bisa melihat bagaimana indahnya dunia, wajah kedua orang tuaku, bahkan aku tidak bisa melihat wajahku sendiri. Saat aku berumur 2 tahun, ketika itu aku mulai bisa berjalan. Ayah dan Ibu sangat senang melihat perkembanganku setiap harinya. Namun dibalik perkembanganku itu terselip suatu keanehan. Aku memang bisa berjalan dengan baik, akan tetapi aku sering sekali menabrak suatu benda, sampai pada akhirnya Ayah dan Ibu mengajak aku pergi ke dokter. Dokter itu bilang bahwa penglihatanku mengalami kemunduran. Pengelihatanku semakin berkurang, bahkan saat ini aku sama sekali tidak bisa melihat apapun. Aku tidak ingat bagaimana kejadian saat itu terjadi. Ayah dan Ibu yang menceritakannya padaku. Dari cerita mereka, aku bisa merasakan sedihnya mereka dengan kondisi ku. Bagaimana tidak, aku, putri sekaligus anak satu-satunya mereka tidak bisa